Monday, February 2, 2009

Banjir Bandhang di Tohudan

"Kami tak menyangka Pak, sudah 60 tahun saya tinggal di sini, ya baru kali ini kebanjiran sampai lebih dari selutut." Kalimat itu meluncur dari Bu Sunarti Sri Widodo yang tinggal di Dukuh Tohudan, Sambon, Banyudono, Boyolali. Situasi rumah benar-benar porak-poranda. Pakaian yang kebanjiran menumpuk, bersama sofa dan kasur yang belum dijemur. Mengingat, sang mentari yang ditunggu-tunggu sinarnya tak kunjung datang.
Ceritanya, banjir datang Jumat sore, sekitar jam 6. Datangnya begitu cepat dan deras. "Banjir bandhang", demikian mereka mengistilahkan. Ketika mobil mau dinaikkan sudah tidak bisa. Mas Mateus justru turut terendam di dalam mobil. Lemari pakaian di dalam rumah pun bergelimpangan. Kami lalu mengungsi … Kurang lebih 8 jam RT 15 dan RT 16, Dukuh Tohudan terendam banjir.

Bu Suyatno memiliki cerita lain. Jumat sore itu beliau baru pulang dari dokter, badan gemreges tidak enak, katanya. Ketika rumah kebanjiran justru seperti mendapat kekuatan baru. Seharian saya bersih-bersih rumah. "Sampai sekarang puji Tuhan, Pak … saya justru sehat."
"Kalau saya baru kali ini Pak, menangis… merasa tak berdaya menghadapi banjir. Saya berusaha menyelamatkan barang-barang, namun tak berdaya. Saya ingat dengan berkas-berkas saya yang baru terkumpul, dan surat-surat penting lainnya. Saya akhirnya benar-benar pasrah", Pak Suyatno gantian mengungkapkan pengalamannya.
"Bila selama ini hanya melihat penderitaan saudara-saudari kita yang kebanjiran melalui tayangan tv, sekarang kami mengalami sendiri. "

Menurut perhitungan Pak Joko Widianto, di RT 15 ada 16 KK yang kebanjiran dan RT 16 ada 29 KK. Di Rumah Ibu Marni, kedua anaknya yang masih kecil sakit perut dan panas. Ditanya oleh ibunya, katanya takut kalau banjir datang lagi seperti rumah neneknya di Solo yang tahun kemarin kebanjiran. Banyak warga yang sekarang gatal-gatal, kecapekan, dan masuk angin. Sebagian masyarakat sekarang tidak bisa memasak, karena alat-alat masak dibawa banjir. Kemarin Pak Bupati datang, membawa bantuan paket beras, mie instan dan sarden. Data assesment tersebut saya send melalui short message kepada Pdt. Simon Julianto, koordinator Pokja Bencana KlaBoy.

Di balik penderitaan akibat banjir, ternyata ada hal yang pantas disyukuri. Di Tohudan ada beberapa rumah yang memelihara babi. Binatang yang masuk kategori haram. Namun, ketika babi-babi itu kebingunan dan butuh pertolongan, warga masyarakat yang mayoritas Muslim dengan tulus hati berupaya menyelamatkan babi-babi itu. Ini adalah hal yang luar biasa. Ada potensi, kekuatan kepedulian anggota masyarakat yang hidup di Tohudan, dan ini tentu adalah berkat Tuhan.

Mengapa banjir bandhang menerjang?
Pak Yatno, Pak Joko Widianto, Pak Mawari saling menyampaikan pendapat. Menurut beliau, aliran sungai yang melintasi Dukuh Jajaran hingga Sarimulya mengalami penyempitan. Penyebabnya warga masyarakat ada yang mematok bantaran sungai untuk dihak-i sebagai tanah miliknya, selain sebagai tempat pembuangan sampah. Syukurlah, penyempitan aliran sungai itu sudah mendapat perhatian dari Bupati Boyolali supaya ada pelurusan atau pengukuran kembali aliran sungai yang menyempit itu. Semoga pengalaman bersama kebanjiran itu menyadarkan warga masyarakat untuk lebih peduli pada perawatan lingkungan sekitar dan program dari Bupati Boyolali segera dapat direalisasi. Itulah yang menjadi doa dan harapan kami, yang selalu kami panjatkan dalam doa bersama di setiap rumah yang kami kunjungi.

No comments:

Post a Comment