Sunday, February 8, 2009

Celakalah aku kalau tidak memberitakan Injil suci

Hari ini, Minggu 8 Pebruari 2009 Gereja Kristen Jawa (GKJ) memasuki minggu epifani V. Pewartaan Firman didasari daftar bacaan suci sebagai berikut:
Bacaan I Yesaya 40:21-1;
Mazmur Tanggapan 147:1-11, 20c;
Bacaan II 1 Korintus 9:16-23; dan
Bacaan Injil Markus 1:29-39.

Selama minggu-minggu epifani, Gereja didorong untuk melihat karya pelayanan Tuhan Yesus di tengah-tengah masyarakat. Karya pemberitaan Injil yang menghadirkan damai sejahtera, penyembuhan dan puji-pujian ke hadirat Allah yang mahakuasa. Melalui kekuatan sabda Tuhan, semoga memampukan Gereja Kristen Jawa untuk mewujudkan pemulihan keutuhan ciptaan dalam rahmat Allah.

Ya Allah, dalam rahmat-Mu perbaharuilah dunia
Mampukan Gereja-Mu untuk berkarya mewujudkan pemulihan alam ciptaan-Mu
Kuatkanlah umat-Mu melalui sabda suci-Mu, yang hari ini diwartakan dan diajarkan oleh Gereja-Mu.
Ajarlah umat-Mu untuk mencipta keheningan batin seturut teladan Kristus yang kala pagi buta pergi ke tempat sunyi untuk berdoa, menimba kekuatan rohani demi karya pemberitaan Injil suci.
Secara khusus aku mohon ya Tuhan, berkatilah perenunganku untuk karya pewartaan yang dipercayakan Gereja-Mu, GKJ Cipta Wening kepadaku.
Demi Kristus, Sang Sabda kehidupan kekal. Amin.


Dari bacaan kedua ada kata-kata Rasul Paulus yang membuatku tercengang. "Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil".
Spontan muncul pertanyaan. Mengapa disebut celaka ketika tidak memberitakan Injil? Terbayang dalam kisah perjalanan Paulus (sebelum menjadi Rasul Tuhan) ke Damsyik (Kisah Para Rasul 9:3). Kegelapan batinnya karena begitu memendam kebencian pada para murid-murid Kristus mendapatkan terang Kristus yang menyilaukan. Saulus (sebelum berganti nama menjadi Paulus) jatuh ke tanah dan ditangkap oleh Injil Kristus yang menyilaukan. Injil Kristus datang melalui suara yang bergema dalam batinnya, menghalau semua kebencian yang bersemayam di hati. Paulus ditangkap oleh Injil yang menyelamatkan jiwanya.
Tidak heran, bila kepada jemaat di Korintus Paulus menegaskan, "Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil."

Injil Kristus hadirkan kisah penyelamatan, sebagaimana dialami ibu mertua Simon. Injil Kristus adalah kata-kata berkat yang mendatangkan penyembuhan. Injil Kristus adalah sabda kekal yang menyelamatkan jiwa dari cengkeraman setan. Injil Kristus adalah kekuatan yang mengalahkan pekerjaan setan yang timbulkan segala kecemasan,kegelisahan, kebingungan, kepanikan, kekhawatiran, ketakutan hingga kebencian yang tidak berujung. Injil Kristus penuh daya kuasa dari sorga. Apa yang dilakukan Kristus melalui pewartaan Injil suci menggenapi nas Nabi Yesaya yang menjadi bacaan pertama:
"TUHAN ialah Allah kekal yang menciptakan bumi dari ujung ke ujung; Ia tidak menjadi lelah dan tidak menjadi lesu, tidak terduga pengertian-Nya.
Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya.
Orang-orang muda menjadi lelah dan lesu dan teruna-teruna jatuh tersandung,
Tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah." (Yesaya 40:28-31)

Kekuatan Allah dianugerahkan melalui pemberitaan Kristus kepada orang-orang yang menanti-nantikan Tuhan. Merenungkan hal ini, benarlah yang diungkapkan Pemazmur. "Besarlah Tuhan kita dan berlimpah kekuatan, kebijaksanaan-Nya tak terhingga." Dan, Rasul Paulus telah alami kelimpahan kekuatan dan kebijaksanaan Allah. Ia yang semula seorang penganiaya dijadikan pewarta Injil-Nya. Tidak heran, bila pengalaman sebagai pendosa namun tetap dicinta Tuhan ini, menjadi sumber energi rohani yang berlimpah untuk mewartakan Injil Tuhan.

Pewartaan Injil berbeda dengan syiar agama.Syiar agama dengan balutan politis seringkali hadirkan penindasan. Injil yang harus diwartakan adalah peristiwa penyelamatan Allah. Ketika yang sakit ditolong, yang menderita disapa dan diteguhkan, itulah pewartaan Injil. Ketika yang ketakutan, kecemasan, kegelisahan, kebingungan, penat dan berbeban berat didampingi, dihibur dan dikuatkan, itulah pewartaan Injil. Dan, peristiwa penyelamatan Allah melintasi sekat agama. Bukan agama yang dikehendaki Allah, namun kehidupan yang mendatangkan kebaikan bagi seluruh ciptaan, itulah yang menjadi kerinduan yang ilahi. Beragama penting, namun bukan untuk menghadirkan penindasan, penganiayaan, dan diskriminasi terhadap agama lain. Beragama adalah cara untuk mengenal yang baik, suci, luhur, mulia, bijak, dan sedap didengar untuk diwujudkan dalam medan kehidupan. Beragama, sejatinya diharapkan membuat insan semakin beradab dan bukan malah suka berbuat azab.

Pada tahun pelayanan 2009 GKJ memahami bahwa Injil yang diwartakan adalah karya pemulihan seluruh ciptaan. Upaya pelestarian alam yang dilakukan oleh semua pihak yang berkehendak baik, itulah Injil Kristus. Karena itu, celakalah kalau kita tidak memberitakan Injil. Celakalah kita, bila tidak turut serta dalam upaya pelestarian alam ciptaan ini. Bukankah ini telah kita alami bersama? Karena kita kurang peduli pada pelestarian lingkungan hidup, tidak mencintai alam ciptaan Tuhan, berbagai bencana alam pun menghampiri kita. Saatnya umat Tuhan bersegera bertindak dalam upaya penyelamatan lingkungan hidup dalam rahmat Allah. Amin.

No comments:

Post a Comment