Monday, February 2, 2009

Dari Grogol ke Telukan (cerita banjir hari Sabtu)

Wajah capek Pdt. St. Warjilan kentara sekali sore itu. "Pulang dari Sidang Klasis Sukoharjo sudah malam, Minggu pagi melayani Perjamuan Kudus dilanjutkan ke rumah-rumah … baru saja saya pulang, belum sempat saya menengok rumah warga jemaat di Joyotakan yang kerendam." Kalimat panjang yang cukup memberi gambaran keletihan Pdt. St. Wardjilan yang duduk didampingi anak dan istri terkasih.

Sore itu, Pokja Bencana Klasis Boyolali: Pdt. Simon Julianto (GKJ Boyolali), Pdt. Kristanto Dwi Utomo (GKJ Simo) yang ditemani anak dan istri masing-masing, Pdt. Setiyadi (GKJ Cipta Wening) berkunjung ke GKJ Grogol yang kemarin ditengok banjir. "Seharusnya pada hari kemarin Sidang Klasis Sukoharjo digelar di GKJ Grogol, karena banjir maka kami pindahkan ke pepanthan Telukan." Pdt. St. Wardjilan menambahkan keterangan. Pada kesempatan sidang itu, Pdt. Simon Julianto yang menjadi visitator sinode mendorong supaya Klasis Sukoharjo memiliki Pokja Bencana. Di tengah persidangan, cerita Pdt. Simon, utusan klasis tetangga atas diri Pdt. Joko Wahyudi pamit karena dua pepanthan GKJ Tanon sudah klelep 1 meter. "Saya mohon pamit, mau 'berenang' dulu ke pepanthan yang kebanjiran" Pdt. Joko Wahyudi pamitan pada persidangan sebagaimana ditirukan Pdt. Simon.
Dua tahun ini secara berturut-turut daerah Solo dan sekitarnya kebanjiran. Tahun kemarin Pdt. St. Wardjilan dan keluarga harus mengungsi. Kemarin air baru anguk-anguk pintu rumah.

Menurut Pdt. Simon, Daerah Aliran Sungai (DAS) Bengawan Solo seperti Grogol, Kronelan, Joyotakan, Sangkrah, hingga Sragen selama 20 tahun ke depan memang harus waspada terhadap banjir, sembari menunggu penanganan pihak-pihak terkait terhadap DAS tersebut. Mengingat, banjir yang menerjang sekarang tidak semata-mata dibukanya waduk Gajah Mungkur Wonogiri. Anak-anak sungai Bengawan Solo justru berperan sangat besar terhadap kiriman air yang tidak tertampung Bengawan Solo.

Data dari Satkorlak Solo per tanggal 1 Pebruari 2009 jam 12.00 yang diupdate Pdt. Simon menunjukkan bahwa sejumlah 11.286 rumah tergenang air. Di kecamatan Jebres 4.140, Pasar Kliwon 4241, Serengan 1384, dan Laweyan 869. Di Sragen ada 8 kecamatan. "Pokja KlaBoy tentu perlu bersiap diri untuk menggalang bantuan, dengan melibatkan pihak-pihak yang berkehendak baik." Pdt. Simon menyerukan suara kenabiannya. Pada kesempatan perkunjungan di Pastori GKJ Grogol, dari Pokja Bencana KlaBoy menyerahkan 40 paket yang terdiri dari: 1 kg beras, ½ liter minyak goreng, dan 4 bungkus mie instan. Semoga bisa sedikit meringankan beban warga masyarakat di Joyotakan.

No comments:

Post a Comment