Thursday, February 5, 2009

Refleksi dari Respon Banjir Klaboy

Selasa, 3 Pebruari 2009 waktu menunjukkan pukul 10.00 Pokja Klaboy rapat.
Hadir: Pdt. Simon Julianto, Pdt. Kristanto Dwi Utomo, Pdt. Herry Yudha, Pdt. Setiyadi, Bp. Listyarso, Mas Dwi, dan Mas Koko. Agenda hari itu adalah menginformasikan beberapa respon yang telah dilakukan Pokja terkait dengan banjir di Solo dan sekitarnya, dilanjutkan dengan refleksi bersama.

Diinformasikan oleh Pdt. Simon bahwa Pokja Klaboy diwakili (Pdt. Simon, Pdt. Kristanto, dan Pdt. Setiyadi) telah melakukan respon ke Grogol dan Sragen sesuai permintaan. Ke Grogol minta bahan mentah, kita drop kebutuhan 40 paket yang berisi: 2,5 kg beras (sekaligus mengoreksi informasi di blog yang tertulis 1 kg), 4 bungkus mie instan, dan ½ liter minyak goreng. Asumsinya, bisa mencukupi kebutuhan sekitar satu minggu. Ke Sragen kita kirim: 11 dos mie instan, 600 sachet autan, 100 botol minyak kayu putih, 200 sachet kecap, 400 bungkus jahe wangi, 5 dus susu indomilk. Kira-kira bisa menjadi 100 paket. Banjir Sragen memang tidak separah tahun kemarin. Sekalipun hanya terjadi 2-3 hari, namun dampaknya bisa 2 minggu. Asumsi itulah yang mendasari bentuk respon kita ke Sragen. Cerita di seputar respon Pokja bisa dilihat di blog-nya Mas Setiyadi, mengingat klasis belum punya. Sekaligus menjadi sarana informasi kita kepada pihak-pihak terkait tentang apa yang sudah kita dilakukan. Terkait dengan itu, Pdt. Simon juga menyegarkan ingatan bahwa dalam disaster management mengenal emergency respon dan recovery respon. Kita melakukan yang emergency respon. Kita pantas bersyukur karena ada kesatuan tanggul bencana baik nasional maupun internasional dalam menanggulangi bencana alam. Beberapa link kita adalah Klasis Jakarta Bagian Timur melalui Pdt. Aris Widaryanto, LBKUB Boyolali dan CRS. Kerjasama dengan mereka penting menuju recovery respon. Prediksi BMG curah hujan pada bulan Pebruari ini tinggi. Maka perlu kesiap-sediaan kita sebagai Pokja Klaboy. Lagi pula, selama 20 tahun ancaman banjir terus mengintai. Itu pun tergantung penanganan pihak-pihak terkait terhadap DAS. Nomor Pokja Klaboy sudah terdaftar di SATKORLAK Solo maupun KESBANGLINMAS Sragen. Kita akan selalu mendapatkan update data.

Pdt. Setiyadi menambahkan keterangan tentang banjir bandhang di Tohudan(cerita lengkap bisa ditengok di blog). Sejauh pengamatan, daya masyarakat cukup mampu untuk menghadapi situasi banjir tersebut. Pak Bupati telah mengirim bantuan. Menarik untuk dicermati, persoalan banjir di Tohudan terkait dengan kesadaran masyarakat akan pemeliharaan lingkungan. Sungai menjadi tempat pembuangan sampah, selain ada unsur keserakahan mengambil lahan aliran sungai. Di daerah Purwogondo, ada kebiasaan tidak terpuji bagi sementara pengendara sepeda motor dan mobil. Mereka lewat di jembatan, lalu melemparkan karung plastik berisi sampah. Kejadian ini sering terjadi setiap pagi. Akibatnya di Puwogondo juga kebanjiran. Baik juga bila tema Sinode GKJ "Pemulihan Keutuhan Ciptaan dalam Rahmat Allah" betul-betul menjadi spirit pelayanan Gereja-gereja se-Klaboy. MPDK tahun 2009 ini ada materi soal pilah-pilih sampah. Semoga ini menjadi perhatian warga Gereja sehingga bisa menumbuhkan kebiasaan (habitus) baik dalam rangka pengelolaan sampah.



Pdt. Herry menginformasikan kalau blok Kagokan dan blok Sanggrahan terkena banjir. Di Kagokan ada 5 kk warga gereja yang terkena. Untuk keseluruhan warga, Pdt. Herry belum punya data. Di Sanggrahan ada 20 kk. Gereja siap menampung sebagai tempat pengungsian. Untuk kebutuhan kemarin, dari Ibu Sriyadi Udur telah mengirimkan bantuan nasi bungkus. Selain itu, Hypermart Solo juga memiliki perhatian terhadap bencana banjir, Pokja bisa kerjasama.

Pak Listyarso menyampaikan bahwa masalah banjir mengait banyak hal. Tidak hanya attitude masyarakat, tetapi terutama adalah pejabat yang berwenang. Mereka adalah pembuat kebijakan. Misalnya DPUPK yang tidak merawat jalan dan saluran air. PU kecamatan tidak lakukan normalisasi saluran, akibatnya jalan di daerah banyak cepat rusak, karena jalan aspal berfungsi sebagai saluran air. Selain itu, DAS dipakai sebagai lahan jagung hingga tanaman keras dibiarkan saja. Tidak hanya pemukiman saja yang terancam, tetapi juga lahan pertanian. Di RM. Sarimulyo (Kuwiran), ada kebiasaan para awak bis yang tidak terpuji. Buang sampah sembarangan dalam skala besar.

Menurut Pak Lis, penting bahwa Klasis mengumpulkan warga gereja yang duduk di pemerintahan supaya Gereja tahu kebijakan tentang pengelolaan lingkungan ini bagaimana. Dari informasi tersebut diharapkan Gereja bisa berupaya bersama mendukung kebijakan-kebijakan yang pro pada pemeliharaan lingkungan hidup. Selain itu, perlu juga peka pada fenomena alam. Misalnya pada tahun 1984, Sungai Kembang, di daerah Gubug, Cepogo, banjir batu dari Merbabu.

Pdt. Simon dan Pdt. Kris mengingatkan bahwa kepercayaan lokal perlu kita hargai menjadi sumber kekuatan dalam rangka recovery. Di Selo ada kepercayaan sebelum 7 hari belum boleh melakukan tindakan apa-apa. Akibat longsor atau angin ribut didiamkan dulu selama 7 hari. Kalau meraka dipaksa segera berbenah, malahan takut. Pengalaman LKUB lalu memberikan bantuan tenda. Selama 7 hari mereka tidur di tenda-tenda.

Dari beberapa cerita nyatalah ada persoalan serius terkait dengan kerusakan lingkungan di daerah Boyolali. Contoh yang banyak disebut adalah persoalan galian C di RPH Ketur, daerah Paras yang akibatkan makam tergerus sungai, daerah Cepogo, Ampel dan Kemusuk yang rawan longsor. Untuk itu Pokja KlaBoy perlu memiliki peta bencana dan kerusakan lingkungan ini dalam rangka berpikir dan bertindak ke depan. Pak Lis mengusulkan supaya melihat beberapa sumber-sumber air Boyolali yang sekarang mati, lalu memikirkan upaya menghidupkan kembali menyambut tahun pemulihan keutuhan ciptaan yang dicanangkan Sinode GKJ.

Untuk respon Banjir, perlu membuat seruan kepada greja-gereja tentang kebutuhan riil seperti: selimut, sarung, hygiene kit, cleaning kit, obat-obat ringan. Dalam rangka pengadaan barang-barang tersebut mohon kesediaan Pdt. Herry mengakses informasi ke hypermart . Dalam waktu 2-3 hari ini Pokja Klaboy bisa menentukan daerah respon.

No comments:

Post a Comment